Setubuhi Istri Orang Yang Menyetubuhi Istriku

Kasino88

Tuti Khaerani Harahap S. Sos M. Si, Itu nama lengkap berikut gelar akademisnya. dia seseorang perempuan berdarah tapanuli selatan yang mempunyai tubuh yang sintal serta montok.

Ke sintalan tubuhnya, walau selalu tertutup balutan kostum yg tertutup itu bagai memiliki daya tarik tersendiri, menarik hati setiap laki-laki , mulai asal rekan rekan nya sesama dosen atau bahkan para mahasiswa.

namun sikap do’i jauh asal kesan ramah bahkan terkesan jemawa ketika berbicara, kalau mendengar cara bicaranya, do’i terkesan merasa paling pintar, walau memang pada usianya yang baru 30 tahun sudah meraih gelar magister alias S2.

Sebenarnya telah banyak lelaki yang mencoba mendekatinya, Terutama dosen-dosen yang masih lajang, tetapi tampaknya Buk Tuti memiliki kriteria sendiri serta terkesan susah buat didekati.

Ngocoks Entah laki-laki yg bagaimana yang diidamkannya menjadi pendamping hidupnya, Padahal menggunakan usia nya yg melewati ketua tiga itu do’i masih belum pula terfikir buat menikah.

Bahkan sepertinya dia tidak memberi kesempatan laki-laki pria itu mendekatinya. Do’i selalu sibuk dan larut menggunakan kesibukanya mengajar dan belajar. menghasilkan dosen-dosen laki-laki sebayanya malas mendekatinya dan bahkan ada yg frustasi sebab dosen rupawan yg sarat gelar akademik itu amat susah ditakluk kan.

sikap nya jutek dan merasa pandai ini berlanjut ketika do’i memberi perkuliahan. bila do’i yang memberi materi perkuliahan, banyak mahasiswa baik lelaki maupun wanita yang pada sakit hati mendegarkata-istilah judes dan cenderung kasar dan merendahkan kami, para mahasiswa.

kata istilah remehan sering meluncur mirip tidak berbandrol berasal bibir mungilnya. Seolah tidak memikirkan apa yg beliau ucapkan itu akan membuat para mahasiswa serta mahasiswi tersinggung dan Bila terdapat mahasiswa yg mengritik atau meluruskan pendapatnya, do’i eksklusif memasang wajah tidak senang dan mahasiswa itu akan terus jadi target cibiran nya.

Secara fisik do’i sebenarnya berparas indah tetapi dibalik kecantikan itu tersimpan aura jutek dan angkuh. Jika digambarkan kira-kira wajahnya mirip artis sinetron Prisa Nasution, yg sama sama berdarah tapanuli.

fisik do’i bisa digambarkan sebagai berikut: tubuh nya sekal padat dengan tinggi kira-kira 158 cm. Wajahnya bulat, tatapan matanya tajam, Do’i selalu mengenakan jilbab dengan aktualisasi diri paras angkuh yang akan selalu terpasang pada wajahnya setiap hari.

Bibirnya kecil dan merah merekah. Giginya homogen serta kecil-kecil. Kulitnya putih higienis dan halus.(bisa dicermati asal wajah, tapak tangannya, bagian tubuhnya yang terbuka).

 

Walau wajahya tergolong sedang, tetapi kalo bicara problem body, do’i bisa dibilang amat montok serta sexy, terutama pada bagian (wooww)… pinggulnya yg bundar dan sepasang pantat yang montok, kencang serta mampu dibilang bahenol..!! apalagi Bila do’i memakai sepatu hak tinggi alias highel.

Pantatnya yang bulat padat itu menungging latif melengak lenggok ketika do’i sedang berjalan. Walau selalu megenakan pakaian serba tetutup, tetapi tak bisa menyembunyikan lekukan tubuhnya yg padat dan montok. membentuk setiap lelaki menunda ludah Bila berdekatan serta berpapasan dengan do’i. Apalagi ketika memperhatikan doi ketika berjalan dari belakang..

pada kampus kami do’i terkenal menjadi dosen yang killer walau statusnya hanya menjadi asisten dosenSetiap orang yang tidak disukainya harus puas menerina nilai E alias tidak lulus.

sebab perilaku do’i yang otoriter dan terkesan sombong itu menghasilkan sebagian mahasiswa yang bandel, terutama laki-laki , mirip saya jadi terancam buat mengulang mata kuliah yg diajarnya karena aku serta teman-temanku yang sama sama merogoh mata kuliah buk tuti masuk kelas tidak beraturan.

Walau do’i selalu mengenakan sandang tertutup berasal kepala hingga ujung kaki, tetapi permanen tidak dapat menyembunyikan estetika tubuh do’i yang padat menggoda itu. Hal ini dikarenakan doi selalu mengenakan sandang yg ketat alias nge press hingga memperjelas setiap bentuk dan lekukan tubuhnya yg padat berisi.

Kisah ini dimulai ketika saya terlambat masuk mata kuliah yang dipegang do’i. Sebelumnya saya dan teman-temanku yg populer menjadi biang onar di kampus kami sedang mabuk-mabukan di kantin belakang. Ya, saya dan geng ku populer menjadi macan kampus pada universitasku.

karena kami adalah para mahasiwa usang yang tak jarang mengulang mata kuliah. setelah puas ketawa-ketawa aku teringat bahwa hari ada perkuliahan.

“weitss… bro, gua lupa mau masuk mata kuliah ekologi.. shit… udah 2 empat kali rendezvous gua gak pernah masuk..” ujarku menepuk jidat sendiri.

“jam brapa ini bro…? Udah di masuk asal tadi tuh…” ujar temanku.

“gua masuk aja ah… Cuma bikin absen doang kok… sembari cuci mata.. liat dosen nya yang bohay itu berita fakta nya… abis tu gua kesini lagi.. okey? “bujukku di mereka.

“alasan lu.. bilang aja mau tongkoring Buk Tuti.. parah lo… terserah lo dah… kami nunggu disini ya.. jangan usang-lama brot… kalo gak kami habisin ni… gimana..? “ejek keliru seseorang temanku lagi.

“iya broo… tenang.. just ten minute…” ujarku berdiri serta berjalan menuju kelas yang tidak jauh asal kantin. dengan mata merah dan residu mabuk aku menuju ke ruang kuliahku aku memasuki ruang kuliah dengan santai.

ketika itulah Buk Tuti Khairani, dosen mata kuliah Ekologi sedang berdiri pada depan kelas menggunakan posisimembelakangiku. Sedikit iseng aku melirik pantat montok dosen itu… wowww… terlihat garis celana dalamnya asal kembali celana dasarnya yang bewarna hijau tua. warna yang sama menggunakan blazer kerjanya.

aku menuju bangku yg kosong, yakni barisan paling belakang. terlihat Buk Tuti menatap ku tajam menggunakan raut wajah tidak senang. namun karena mungkin telah kesal dan geram, do’i tidak memperdulikan aku serta melanjutkan perkuliahan.

 

menggunakan impak ganja yang masih terasa, saya hanya melongo menatap do’i memberikan perkuliahan, fantasi jorok ku mulai bekerja, melihat wajah, body serta parasnya Otakku eksklusif ngeres.

Setan pada otak ku eksklusif berbisik, bagaimana Jika dosen itu dapat kuperdaya, disekap dan diperkosa, seperti pada film2 semi blue yang tak jarang kutonton.

Semakin saya menghayal, semakin bulat tekad ku ingin memperdaya dosen itu!… harus mampu… sepanjang perkuliahan aku menatapnya dalam dalam. otak ku berfikir dan berkhayal bagaimana caranya hariini saya bisa menjebaknya.

Do’i tidak sadar terus saya perhatikan. hingga perkuliahan terselesaikan. ketika itu saya sudah memikirkan rencana tersebut. Segera aku tinggalkan kelas serta menuju ke kantin tempat semula serta bersiap menjalankan rencana yang tersusun rapi pada otak ku…

Parkiran kampus… aku berada di dalam kendaraan beroda empat, mengawasi orang orang yg akan naik bus kampus. tekad ku telah bulat, seperti yg aku rencanakan… yaitu menculik Tuti Khairani sepulang dia berasal kampus.

Dibalik kaca film yang tidak terlihat dari luar, kulihat Buk Tuti melangkah menuju halte bus yg berada tak jauh berasal tempat parkiran kendaraan beroda empat. Segera aku turun berasal kendaraan beroda empat dan berlari menghampiri do’i.

“Buk.. Buk Tuti.. tunggu..!!” ujarku menghampirinya. Tampak Buk Tuti berhenti dan menoleh padaku yang berlari mungil menyusul dibelakangnya

“terdapat apa?” ungkapnya menggunakan nada ketus dan memadang penuh selidik

“ibuk mau balik ya.. bersama aku aja ..” ujarku padanya

“gak usah, saya balik sendiri… makasih…” ujar doi ketus serta segera berlalu dihadapanku.

aku tidak putus asa, kali ini dengan berani kuhadang saja langkahnya.

“kita kan satu tujuan Buk, Ibuk ke daerah gobah kan? kita barengan aja, naik kendaraan beroda empat aku .. daripadaibuk nunggu bus kampus, lama kan.. kan harus nunggu terisi penuh dulu baru bus nya mampu berangkat “bujukku kembali, berusaha bersikap sesopan mungkin buat meyakinkanya.

 

“tumben kamu baik dan ramah.. kamu Brian kan?, mahasiswa semeseter 6 yg acapkali terlambat masuk itu..?” ujarnya penuh selidik lagi

saya menangguk, ternyata dosen ini mengingat diriku, namu saya eksklusif memutar nalar,

“lagian gini buk… aku kan tak jarang tertinggal mata kuliah ibuk… aku mau mengejar ketertinggalan saya… ibuk mau kan?” ujarku berusaha meyakinkannya.

“aku mau berubah buk… biar nggak ngulang-ngulang mata kuliah terus.. kan capek jua buk.. harus nunggu tahun besok lagi” tambahku.

“Tumben tumbenan.. konfiden kamu?” ujarnya penuh selidik menatapku tajam.

“konfiden lah buk.. aku ini memang mau berubah buk..” Ujarku.

”.. hmmm… baiklah.. aku hargai tawaran engkau …” ujar Buk Tuti mangut mangut.

“iya buk… kalo nunggu bus absolut nunggu penumpang penuh baru berangkat…” ujarku meyakinkan nya.

“hm… Iya deh… Dimana kendaraan beroda empat engkau ?” ungkapnya putusan bulat dengan tawaranku. Agaknya beliau memang malas naik bus kampus yg penuh dengan sesak mahasiswa itu.

“I’ve got her..” bathinku. tidak berlama-usang saya mengajaknya menuju mobilku yg terparkir tidak jauh asal sana. Kubukakan pintu buat do’i serta mempersilahkannya duduk dibangku depan.

“makasih… ‘ kata do”i memberiku senyuman cantik dari ekspresi mungilnya… sesuatu yang langka…

Perlahan kujalankan mobil keluar asal pekarangan kampus.

Diperjalanan aku sengaja mencari rute jalan memotong, yaitu lewat pintu belakang kampus. daerah yg cukup sepi dilewati tunggangan, dengan alasan menghindari macet. Do’i percaya saja serta terlihat tidak mencurigaiku.

Sesampai pada jalan yang pada kelilingi poly batang pohon akasia, dan tidak terlihat terdapat kendaraan melintas, aku mencoba memberikan minuman kaleng, yg didalamnya telah kumasukan obat perangsang menggunakan cara memasukan cairan itu melalui jarum injeksi dibagian tas kaleng.

“bunda mau minum?” kataku sembari menyodorkan minuman kaleng yg terletak di dashboard kendaraan beroda empat padanya.

“boleh, terimkasih ya Brian…” ungkapnya menerima minuman kaleng yg aku sodorkan.

berasal sudut mata, kuperhatikan moment yang mendebarkan itu, Buk Tuti mulai membuka minuman kaleng itu, tetapi dia belum meminumnya.

“saya minum ya Brian..” ungkapnya yang eksklusif kubalas dengan anggukan.

Terlihat Buk Tuti mulai menempelkan bibirnya ke ujung atas kaleng minuman itu, serta menegaknya. cukup banyak kurasa, aku berusah bersikap setengang mungkin walau dadaku deg-degan.

tidak usang kemudian Buk Tuti terlihat terselesaikan meminum minuman itu, sisanya beliau letakan pada bawah handle pintu. Mulanya aktualisasi diri nya biasa saja. saya mencoba mengajaknya bicara.

“umumnya kembali ke tempat tinggal dijemput siapa bu” tanyaku,

“naik bus..” ungkapnya pendek.

aku mengontrol kecepatan mobil di 20 km, untunglah jalan itu kondisinya tidak terlalu mengagumkan jadi Buk Tuti tidak curiga padaku yang membawa kendaraan beroda empat dengan pelan.

Terlihat buk tuti mulai menguap beberapa kali.

“AC nya terlalu dingin ya buk… “pancing ku.

“iya nih, mata aku jadi cepat mengantuk dibuatnya” ungkapnya sambil kembali menguap

“kecilkan aja AC nya Brian…” ujar Buk Tuti

“ini udah yg paling kecil buk, mungkin ibuk kecape’an mengajar di kelas, kalau Ibuk mau tidur, tidur aja..” pancingku

“ah, nggak lah Brian.. kalau saya tidur emang engkau tau tempat tinggal aku ..” ungkapnya, keliatannya dia masih sadar. tetapi suaranya telah mulai melemah serta matanya telah mulai terlihat sayu.

saya konfiden Buk Tuti sudah hampir tidak sadarkan diri, dampak reaksi obat perangsang itu. aku pun mulai melajukan mobil menggunakan kecepatan normal., hingga sampai di ujung jalan dan bertemu aspal, aku mulai memacu kendaraan beroda empat dengan kecepatan 40 km.

“pelan-pelan aja Brian.. hoammm.. kok kepala saya berat ya…” ujar Buk Tuti.

Mendengar itu saya menyalakan tape, kupilih lagu instrumen, yang akan membentuk do’i makin terlelap. Ternyata sahih, do’i mulai terhanyut mendengar alunan musik instrumentalia saxophone itu.

saya mencoba mengetest sejauh mana taraf kesadarannya,

“buk, bisa tolong pasang safety beltnya..? kita memasuki keramaian, takutnya nanti dipandang polisi” ujarku

Buk Tuti hanya membisu, matanya belum tertutup, akan tetapi setengah terpejam. saya mengetest lagi dengan menyentuh bagian pahanya, kuusap beberapa kali lututnya yang terbalut celana panjang katun itu, terlihat dia tersentak sementara waktu.

“kenapa Brian…?” ujarnya menggunakan suara berat.

“maaf buk, tolong dipasang paling aman belt nya nanti kita bisa kena tilang” ujarku mengingatkan.

“oh.. pasang safety belt..” ungkapnya. dengan malas-malas do’i mencari tali safety belt yg terletak disebelahnya. sesudah bertemu, do’i terlihat kesulitan memasangnya.

Melihat itu saya mencoba mengambil kesempatan,

“susah masang nya ya buk… saya bantu boleh..” ujarku.

´iya nih, susah memasangnya Brian… bantu dong..”ujar Buk Tuti masih terlihat malas malasan

Kuraih tali safety belt dan saat membantu memasang pada tempatnya sengaja kuremas tangannya dan secepat kilat selesainya terpasang kuelus lagi pahanya

“Heii… apa-apaan sih kamu Briann..??!!” ujarnya risih serta memelototiku. Suaranya terdengar sedikit parau dan lemah

waktu itu mobil yg kukendarai sudah hampir hingga ke rumahku yang kosong.

“kenapa buk..?” ujarku 1ebc1a17ad3a1674c3f11a3cde0327c7 kolot

“Kenapa engkau tersebut pegang pegang paha saya..?? jangan macam-macam ya sama saya..” ungkapnya sedikit murka .

Ternyata alam sadar do’I masih bekerja. Walau matanya sudah sayu menahan beban kantuk

“Sorry, nggak sengaja buk…” ujarku sekenanya. sementara mobil telah hingga didepan pagar rumahku.

“buk, tunggu sebentar pada kendaraan beroda empat ya.. ada yg mau saya ambil dirumah saya sebentar” ujarku.

“Loh, kok kita bisa kesini Brian…?? antar aku kembali ah..” ungkapnya menolak

“Cuma sementara waktu buk, ini tempat tinggal saya… Ibuk tunggu aja dimobil, izin aku aja yg masuk.. sebentaar aja.. ya..” ujarku meyakinkannya

“tapi jangan lama -lama kamu ya..” ujarnya ketus.

aku pun keluar berasal kendaraan beroda empat, setelah memastikan buk tuti mengenakan safety belt, tanpa disadarinya dengan keadaanya yang 1/2 sadar itu, sulit baginya buat membuka ikatan paling aman belt yang menahan tubuhnya.

aku lalu membuka pagar, lebar-lebar. Berikut membuka garasi kendaraan beroda empat. rumah ini ialah pemberian orang tuaku. buat rumah saya yang kuliah jauh asal kedua orang tua.

sehabis beberapa saat saya kembali ke kendaraan beroda empat, kudapati Buk Tuti tengah tertidur. saya masuk kedalam mobil dan perlahan kumasukan kendaraan beroda empat kedalam rumah sampai masuk ke garasi.

setelah itu saya keluar asal mobil dan menutup pagar berikut pintu garasi, sampai keadaan pada garasi menjadi gelap. kemudian saya bergegas membuka pintu samping tempat tinggal , yang terhubung menggunakan garasi.

setelah pintu rumah terbuka, saya membuka pintu mobil depan, tempat Buk Tuti berada, tampak Buk

Tuti membuka matanya, wajahnya tampak ketakutan melihatku yang tiba menghampirinya, mungkin do’i terbangun sebab bunyi ketika aku menutup pagar dan garasi, hingga do’i terbangun.

“Briann.. Apa apaan ini …? pungkasnya cuma sebentar..? kenapa engkau bawa aku kesini…??” Wajahnya terlihat cemas, masih menggunakan posisi terpasang paling aman belt.

saya menyeringai, kutatap lekat lekat dosen montok itu, kini berada di cengkaramanku. Siap buat melampiaskan nafsuku yg menggelegak ke ubun ubun sedari tersebut.

saya mendekat serta melepaskan safety beltnya, Buk Tuti kaget sebab saya tiba-tiba aku mengampirinya dengan cepat.

“Hei.. Mau kamu apa sih..??” ujarnya mendelik ketakutan. tetapi saya hanya berusaha membuka safety belt dan sehabis terlepas saya menggendong tubuh Buk Tuti dengan paksa mengeluarkannya berasal mobil.

“lepasin iihh.. Briannn !!!, lepaskannhh!!!, jangan kurang ajar kamuu… Briann.. iihh tolooongg…!!” Teriak Buk Tuti berusaha meronta lemah, tangannya berusaha memukulku.

Terjadi pergulatan sementara waktu, tetapi dengan tenagaku saya berhasil mengeluarkan nya berasal mobil kemudian memapah tubuh montoknya yang lemah itu kedalam tempat tinggal .

karena kondisinya yg setengah sadar itu, buk tuti tidak mampu melakukan perlawanan yang berarti terhadap perlakuanku. Walau terus meronta dan mencoba melepaskan diri, aku terus memapah Buk Tuti dengan sedikit paksaan sampai sampai keruang tengah, suara jeritan minta tolong Buk Tuti yang lema membuatnya makin tidak berdaya.

Diruangan tengah, didepan TV, aku menghempaskan Buk Tuti diatas permadani. Raut ketakuan berasal wajahnya bukan menghasilkan ku kasihan, akan tetapi makin membuatku bernafsu buat menjamahi setiap lekuk tubuh montoknya itu.

“toloong… apa yang engkau inginkan Brian… saya mau pulang Briann… lepaskan saya…” ujarnya terisak, air mata ketakutan terpancar asal wajah nya yg menggairahkan.

“He he… balik ? Nanti kuantar kembali… akan tetapi sebelumnya ayo kita bersenang-suka sejenak sayanggg..” ujarku memelototinya. Buk tuti makin ketakutan, kulihat beliau coba menghindar ke sudut dinding. Wajahnya tampak panik.

Rumahku relatif akbar, jadi bunyi rontaan buk tuti yang lemah, dalam kondisi seperti itu tak akan terdengar sang para tetangga.

aku mulai membuka baju kaosku, berikut celana jeansku, hingga aku hanya mengenakan underwear saja. Buk Tuti makin ketakutan saat saya mulai mendekatinya.

“Gila engkau Brian… Mau apa kamau haa…???!!.. jangan macam-macam ya !!!.. jangaann… kamu mau perkosa aku Briannn.??? tolongg… oohhh..!!” jeritnya. saya tidak peduli serta kemudian menyeret kaki Buk Tuti mendekat kearahku. Tubuhnya pun terseret. syarat nya yang telah terkena obat perangsang itu melemahkan tenaganya.

kini posisi ku berada diatas nya, kedua tangannya saya silangkan kan dan kutahan satu-satu dengan tanganku. lalu saya mulai menindih Buk Tuti yg masih berpakaian lengkap itu, aku memburu wajahnya dengan ciuman. sampai buk tuti meronta-ronta

Kasino88

“hahahahha… nikmati aja cantiikk… pasrah aja kenapa..??” sahutku makin beringas menciumi pipi dan sekarang memburu bibirnya. setelah dapat dengan cekatan kuciumi bibir mungilnya

“Ohh, mmphhh… mmhh… sssshh” suara bibirnya yang kuciumi. aku terus mengulum bibir kecil itu, nafas Buk Tuti terdengar turun naik, ketika kulumat bibirnya. aku terus menggelitik rongga atas mulutnya menggunakan lidahku, hinggga Buk Tuti sulit bernafas. Kemana bibir nya lari terus kukejar, sampai usang kelamaan Buk Tuti membiarkan saja perlakuanku.

Melihat do’i sudah pasrah aku pun makin gila memburu bibirnya, hanya aroma hangat nafasnya yang tidak beraturan kudengar.

“Mpphh.. mmhh.. Ssshhh… uhh.. “kurasa do’i telah mulai terangsang dampak ciumanku. setelah puas menciuminya, tanganku mulai ku arahkan pada payudaranya yg masih ranum serta tertutup pakaian. Kuraba tonjolan itu dengan lembut serta Buk Tuti hanya bisa mendesah pasrah.

“Ooouuhhh… Hhmmm…”

Gelora nafsuku semakin membara, ketika kurasa Buk Tuti telah terjerat nafsunya serta kehilangan akal sehatnya akibat dahsyatnya dampak obat perangsang yang diminumnya.

“Uuhhhh… Nghhh… Ouwww… hh “desahnya ketika payudaranya kuremas, Buk Tuti tampak sudah pasrah dan tidak berdaya menuruti apa keinginanku begitu saja, Kemaluanku telah terasa menegang serta langsung saja kulepaskan jilbab buk tuti, do’i pasrah serta tanpa perlawanan waktu jilbab nya kutanggalkan dari kepalanya, tampak rambutnya masih terikat kebelakang, contoh sanggul.

aku sekarang bisa melihat buk tuti tanpa jilbab, bagus serta perilaku kepasrahan yg tampak kini ini makin membuatku bernafsu buat bercinta dengan dosenku ini, walau dosen mengagumkan ini berada diluar alam sadarnya. saya balik mendekatinya dan menciumi sekitar lehernya yang putih.

“uuhhhh…” desah Buk Tuti lirih ketika kuciumi lehernya. Malahan sekarang Buk Tuti mengadahkan kepalanya keatas, seolah mempersilahkan ku buat terus mencumbu nya. selesainya puas mencumbui lehernya, ciumanku mulai turun ke dadanya

“Briiaann.. hhh… Ahhh… Ouuhhh…”

Desahan demi desahan begitu kentara terdengar keluar asal mulutnya. Semakin beliau mendesah, semakin buas kususuri lekuk tubuhnya serta menciuminya. sesudah kulihat do’i menikmati setiap sentuhanku, mulai ku buka kancing bajunya satu-persatu sampai terlihat BH serta dadanya.

lalu bajunya kulepaskan berasal tubuhnya tanpa perlawanan, berasal matanya nampak do’i telah terbakar gairah, yg mengalahkan akal sehatnya, nafasnya terdengar memburu… kemudian aku berbaring disampingnya serta tangan ku mulai kumainkan pada dadanya.

“enak kan sayang..” godaku.

“AHHHH… SHHH..” desah Buk Tuti yg terlihat menggigiti bibir mungilnya.

ketika tanganku bermain di bulat butir dadanya. Pelan-pelan kunaikan cup BH nya keatas hingga kedua buah dadanya yang telah menegang itu terlihat. aku mulai meremas-remas gundukan bukit indah itu sembari sekali waktu memainkan remasanku pada puting susunya.

“montok banget susumu buk..” bathinku.

Tubuh Buk Tuti mulai gelisah, menggeliat ke arah kiri serta kekanan, merasakan nikmat nya pijitan tanganku dibuah dadanya. Napasnya terasa memburu, datang-tiba saja Buk memutar posisinya menyamping sampai berhadap hadapan dengan wajahku. Mulutnya memburu bibirku, secepat kilat kurasa Buk Tuti mengulum bibirku dengan buas.

“mpphhh.. mmhhh..” terengar desahan penuh nafsu di sela bibir buk tuti yang berpagutan menggunakan bibirku. Kami berdua saling cium, saling jilat serta aku memburu kemana bibir buk tuti berkecimpung.

selesainya puas tanganku memainkan tonjolan nan latif itu, kini tanganku merambat kebawah menelusuri bagian selangkangannya. Kurabah-rabah bagian sensitifnya denga lembut.

“Ouuhhhh… hhh… Ahhh… “desahan Buk Tuti semakin menjadi jadi, aku semakin gemas, terus kuelus-elus bagian kewanitaan yg merupakan g spot asal semua syaraf rangsangnya itu menggunakan gerakan kombinasi, lembut serta kecang.

Desahan Buk Tuti makin menjadi jadi,

“AHHH… OOHHH… SHHH…” desahnya erotis. selesainya puas mengerjai selangkangannya, lalu, kulepaskan pengait depan celana panjangnya serta kuturunkan resleting celananya. Tampak celana dalam Buk Tuti yang berwarna putih mencuat keluar. kemudian menggunakan tergesa Kuturunkan celana panjangnya sampai tanggal dari ke 2 kakinya.

kini do’i hanya mengenakan celana pada saja. Masih terdapat BH nya, tetapi telah kubuka ke 2 cupnya. paras pun tuti tampak memerah, antara menahan malu serta nafsu yang melanda nya.

sungguh sexy serta menggairah melihat tubuh semok buk tuti terlentang dengan erotis pada atas permadani menggunakan posisi menantang, berbeda menggunakan selama ini kulihat do’i selalu berpakaian tertutup. masuk akal saja dia menutup tubuhnya. sebab tubuhnya begitu montok, padat berisi, kulitnya putih bersih, tanpa stigma.

saya memegangi salah satu pahanya dan lalu saya merunduk, menciumi paha putihnya. Terus kuciumi keatas sampai kini berada pada selangkangannya. Kuciumi bagian itu berulang kali, sampai terdengar do’i mendesah panjang

“OOOOOHHHH… BRIANNNHHH… UGGHHH…!!!” desahnya panjang waktu wilayah paling sensitifnya yang masih tertutup celana pada itu kukecup berulang kali. ke 2 tanganku mengangkangkan ke 2 pahanya agar lebih leluasa mengecup wilayah itu.

Buk Tuti menggeliat geliat menahan rangsangan yang melandanya.

Kuraba-raba bagian sensitifnya dan …

“Ahhh…” desahan Buk Tuti semakin menjadi2. lalu lalu saya mulai tidak sabaran terus mengerjainya aku lalu turunkan celana dalamnya.

“Jangan Briannnhh… gak mauuuhhhh..” pungkasnya lirih berusaha menunda tanganku.

waktu itu aku berhenti melorotkan celananya sambil menatapnya.

“Memang kenapa Buk..?” Tanyaku.

“aku .. takut Brian.. nanti terdapat yg tau jika aku beginian sama engkau …” ungkapnya menatap ku terbata-bata dengan raut wajah ketakutan tetapi memerah seperti menahan gejolak nafsunya.

“hening aja lah sayang, gak terdapat yang tau kita berduaan” jawabku tidak memperdulikannya.

Tanganku mulai melanjutkan aksi mencopot celana dalamnya. Aksi ku mendapat hambatan tangan Buk Tuti yg berusaha menahan tanganku buat tak lebih jauh menelanjanginya, namun itu sia-sia.

Celana pada berwarna putih itu sudah berhasil ku lorotkan ke bawah hingga vagina Buk Tuti yang berbulu lebat itu mencuat.

Ck.. ck.. ck.. benar-benar rimbun bulu-bulu tumbuh di kemaluannya itu. serta kini ku buka celana dalamku dan tampak rudalku yang akbar terlihat jelas.

Buk Tuti terkaget menatap rudalku yg begitu tampak mengerikan besarnya. Ku basahi penisku dengan minyak liontin yang telah kusiapkan serta kini mulai kukangkangkan kedua pahanya untuk memudahkan rudalku bercumbu menggunakan vaginanya.

Walau buk tuti merengek-rengek berusaha mencegah ku, namun saya memahami nalar sehatnya sempurna akan kalah dengan nafsu menggelegak, kini pinggulku telah berada sejajar dengan lobang kawinnya yg menganga latif siap buat dimasuki.

Benda indah itu tampak telah basah, bulubulu yang keriting hitam cukup lebat, nampak terdapat cairan cinta diantara bulu-bulu keriting latif itu, tanda nafsu do’i telah pada ubun-ubunnya.

saya menahan ke 2 pahanya permanen pada posisi mengangkang menggunakan ke 2 pahaku juga. kini saya bersiap-siap menusukan rudalku ke pada bagian kewanitaannya.

“Jangan Briaaaaaan..!!! jangan dimasukiinnn.. AHHHHH..” Awwww… Sakiiiittt Briannnhh…” Jeritnya histeris saat aku menyodokan penisku kedalam vagina nya.

Berulang kali aku terus berusaha menembus kemaluannya namun sangat terasa susah. kali ini kubantu dengan ludahku dan kusuap ke ekspresi vagina Buk Tuti.

“UGGHHHHH.. Briaaaan, Sakiiiiit…!!” keluhnya.

Ku tidak pedulikan perkataannya, ku tekan perlahan lahan serta “plooozzz…”, penisku terasa menerobos masuk keliang kewanitaannya.

“AHHHHHHH..!!!” desahan Buk Tuti semakin keras. Wajahnya panik, menahan sakit di selangkangannya.

Kurasakan denyut rongga-rongga vagina Buk Tuti mencengkram erat ketua kombetku, serta… Ohhh, ternyata vagina Buk Tuti amat sempit. mengeluarkan darah di sela pinggir lobang kawinnya itu. serta tampak do’i meringis kesakitan.

saya pun mulai mengerakkan penisku maju serta mundur menggunakan perlahan-huma guna mengoyak lapisan demi lapisan selaput dara do’i.

Desahan, erangan, keluhan, rintihan mulai terdengar asal verbal dosenku yg super hot itu.

“Awwwhh… Ouuhh.. Ohhh… Ngghhh..”

aku terus menghujamkan penisku ke bagian yg lebih pada. hingga bertahap kurasa 7 lapisan selaput daranya mulai terkoyak.

sementara Buk Tuti meringis kesakitan, tangannya mencengkram kuat ke 2 lenganku. Mata nya terpejam menunda sakit bercampur nyeri.

lama -kelamaan penisku mulai amblas kedalam lobang kawinnya. Cairan nafsunya membantu penisku menerobos kebagian lebih dalam serta secara bersamaan ku peluk beliau dan kulumat bibirnya.

“Oohhh… Rapet banget vegy mu Buukk..” Bathinku.

Hanya lima menitan ku rasakan isi vagina dosenku itu, ku rasa diriku ingin mencapai kulminasi. Jepitan dinding vaginanya membentuk penisku seperti diremas-remas berasal pada.

Kepalaku mendongak keatas menikmati sempitnya lobang kawin Buk Tuti. Ku perbuas ciuman ku dan kuarahkan lidahku ke leher mulusnya. Buk Tuti terlihat masih terus menunda sakit dan nikmat yang menyatu di persenggamaan kami.

“AHHHHH…!! “Akupun mencapai kulminasi, akhirnya kusemprotkan lahar ku dalam lobang kawinnya itu.

Kurasa pejuku begitu banyak muncrat dalam lobang vagina Buk Tuti. beliau hanya bisa menatapku menggunakan kaget, serta menggigiti bibirnya saat merasakan setiap semburan lahar panasku yang kini mulai dirasakannya menembus masuk diperutnya.

Nafas kami berdua terengah-engah, saya memejamkan mata menikmati orgasme yg barusan kurasa. Enggan cita rasanya melepaskan penisku dari pada vaginanya. Demikian jua menggunakan buk tuti, yg tengah memejamkan mata, menikmati hangatnya sprema ku bersemayam dalam rahimnya. Nafasnya turun naik.

aku masih diatasnya serta memeluknya tanpa peduli kekawatirannya Jika nantinya beliau hamil. aku menciuminya dan mulai kubelai dan berkata:

“mak masih perawan ya..?” tanyaku

Buk Tuti hanya terdiam serta melihatku. Do’i terlihat terisak sedih. kurang lebih dua mnt kami saling menatap, lalu do’i berkata:

“sesudah ini berlalu, gimana bila terjadi apa2 denganku..?” pungkasnya menggunakan nada menyesal

“aku akan bertanggung jawab kok sayang, percaya padaku, dari hanya aku yg melakukan ini ke mak ..” jawabku sembari menciumi keningnya yg basah oleh keringat.

Sepasang mata do’I menatapku penuh harap.

Kami pun saling berpelukan

“engkau janji Brian… mau bertanggung jawab atas apa yang terjadi. dari kamu tahu Brian.. Kamulah laki-laki pertama yg menodaiku..” isaknya. Ngocoks.com

“iya sayang… boleh kan saya panggil sayang..” rayuku.

Buk Tuti terlihat terharu dan mendekapku.

“Jangan tinggalkan aku ya Brian..” ujarnya terisak.

selesainya merasa penisku mulai menyusut, saya mencabut penisku dalam lobang kawin buk tuti serta aku tidur disamping Buk Tuti serta memeluk do’i dengan perasaan puas tidak kentara. Akhirnya tujuanku buat menikmati tubuh serta keperawanan dosen killer ini tercapai pula.

lalu kurasa do’i tertidur pada pelukanku karena kecape’an. Melihat do’i tidur pulas aku bergerak berasal samping tubuh Buk Tuti yg masih bugil. saya lalu menggendong Buk Tuti yang masih tertidur itu kedalam kamarku dan kubiarkan do’i tertidur pulas.

saya tinggalkan do’i dikamar menuju ruang tengah sambil merokok dan minum vitamin. sungguh nikmat sekali bercinta menggunakan seseorang wanita yang masih ting ting, yg belum pernah disentuh oleh laki-laki manapun seperti Buk Tuti. Kadang terdapat jua rasa kasihan terbesit. tetapi seluruh sudah terjadi, walau usianya lebih tua daripadaku dan walau beliau tidak modis.

tak mirip gadis – gadis kampus yang tak jarang ku kencani. namun terdapat sensasi tersendiri bagiku bisa bercinta dan memerawani dosen ku ini. Rasa penasaranku terobati sudah.

Aura kecantikan, kemulusan serta kemontokan tubuhnya memang benar-benar mempesona. saya memang tidak akan pernah mau bertanggung jawab, apalagi menikahinya saya hanya berniat menjadikan dia menjadi pelampiasan nafsuku saja.

Baca carita selanjutnya di KASINO88

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*