Cerita mesum ini berawal berasal kisah nyataku soal korelasi seks. Namaku Rano usiaku baru menginjak 17 tahun dan saya sementara waktu lagi akan duduk dibangku kuliah, saya akan menceritakan pengalamanku ketika kehilangan keperjakaanku saat masih duduk dibangku SMA kelas dua. Wajahku biasa-biasa aja ngak terdapat yg spesial, namun aku mempunyai kelebihan mungkin agak luar biasa dibandingkan dengan orang kebanyakan yaitu memiliki kontol yang tidak mengecewakan akbar kurang lebih 18 centimeter dengan diameter 4,5 centimeter. Padahal saat tidur adek mungil ku itu Cuma 6 centimeter. Cerita ini berawal dari adanya hajatan dirumah nenekku yg asal ibu, kebetulan adik ibuku menikah. semua famili asal bunda bermalam dirumah nenek mulai 2 hari sebelum pesta dilangsungkan. tempat tinggal nenekku tidak terlalu besar sedangkan keluarga berasal ibuku seluruh berjumlah 14 orang bersama anak-anaknya yang ikut kerumah nenekku, semua tiba sekeluarga hanya tanteku yang bernama Tante Lia datang sendiri karena suaminya sedang tugas keluar kota dan belum memiliki anak.
Tante Lia usianya kurang lebih 36 tahun wajahnya bagus serta tubuhnya sedikit gemuk namun padat terawat maklum orang kaya. sebab dirumah udah penuh, maka tante Lia mau menginap pada losmen dekat rumah nenekku, saya mengantarnya naik motor, kemudian tanteku memilih kamar VIP yang full AC, malam itu aku pulang dan bermalam dirumah nenekku. Pagi harinya aku disuruh mengantarkan kuliner ke tante Lia, saya pergi mengantar seorang diri dan kebetulan tante lia baru bangun dari tidurnya. “Masuk Rano..”ucapnya sembari membukakan pintu kamar nya “Baik tante”, jawabku sembari masuk serta meletakkan makanan diatas meja dalam kamarnya. “Tante terlambat bangun nih… habis semaleman tante ngak mampu tidur… kayaknya losmen ini serem deh Rano, jadi tante agak takut jadinya..”, dia bercerita “Eh… tunggu dulu ya… tante mau mandi dulu trus mau bonceng sama rano ke tempat tinggal mak , tante males mau naik becak”, sambungnya. “baik tante..”, jawabku. Tante Lia masuk kek amar mandi sedangkan aku duduk di kursi yg tersedia pada pada kamar losmennya. suara air mengguyur badannya kudengar, dan tiba-tiba otak kotorku berjalan waktu kulihat lobang kunci kamar mandinya. saya berjalan pelan-pelan menuju kamarmandinya terus saya mengintip kedalam, kulihat tanteku lagi menyabuni seluruh tubuhnya serta aku terpana melihat tubuhya yg mulus dengan butir dada yg besar serta kulihat lagi bulu vaginanya yang rapi, mungkin tante Lia rajin merawat dan mencukur bulu vaginanya, saya menelan ludah serta otomatis kontolku pribadi menegang. agak usang saya mengintip tante Lia mandi sembari nafasku ngos-ngosan ngak tahu kenapa sampai akhirnya tante Lia selesai saya cepat-cepat duduk kembali dikursi sembari pura-pura pura-pura SMS.
Seolah-olah ngak terjadi apa-apa. “Hayo SMS sama pacarnya ya ?” tiba-tiba terdengar suara tante Lia didepan ku “eh enggak tante…masih belum punya pacar “jawabku gugup, maklum orang berbuat keliru absolut pikirannya kalut “Rano… kamu keluar dulu ya… tante mau ganti baju trus kita berangkat, izin tante mau makan dirumah bunda aja”, kata tanteku. aku keluar berasal kamarnya serta menunggu diruang loby sampai akhirnya tanteku datang serta kami berdua berangkat kerumah nenek. Malam harinya sekitar jam 9 malam tante lia minta diantarkan ke losmen lagi, dan tante Lia cerita sama ibuku bahwa tante Lia relatif ketakutan tidur sendiri pada losmen. dia meminta aku buat menemaninya, dan ibuku mengizinkannya, jadilah saya malam itu menginap pada losmen menemani tante Lia. Berhubung kawasan tidurnya single bed maka saya tidur dibawah. Tante lia tiduran sembari menerima telpon berasal mas Agus suaminya, asal omongannya tante Lia cerita lagi ditemani aku sebab takut keadaan losmen yang seram ini menurutnya. lebih kurang jam 11 malam saya bangun pingin pipis habis hawa AC menghasilkan ku mau pipis, saya pulang kekamar mandi dan malai pipis… serr… lega rasanya. selesainya aku membasuk kontolku mataku tertuju pada celana pada berwarna crem yang terdapat digantungan pada kamar mandi. Iseng saya memegangnya dan kuperiksa celana dalam itu, lalu sebab bertanya-tanya kucium celana pada itu pas dibagian yang menutupi lobang vaginanya, kuhirup aromanya dan serr… darahku mengalir deras dan detak jantungku deg-deggan pribadi aja saya horny ketika itu, kuulang ulang mencium CD itu serta aku tambah horny saja.
Kontolku tegak setegak-tegaknya. pada pikiranku berkata, wah berarti tante Lia saat ini tidur ngak pake CD serta ketika keluar berasal kamar mandi mataku otomatis tertuju di bawah pusar tante Lia yang ketika itu terlentang menggunakan dengkuran yg halus, namun tidak bisa kulihat menggunakan kentara karena lampu kamar yang redup. Malam itu aku ngak bisa tidur, terbayang tubuh tante Lia yg lagi mandi jua terbayang Cdnya pula terbayang yang lain-lainnya dengan kontolku yang tegak ngak tidur-tidur… sialan… umpatku pada hati. Kulirik jam sudah membagikan pukul 2 dini hari, namun mataku ngak bisa terpejam, datang-tiba aku dengar bunyi: “Ranoo… Rano.” aku 1ebc1a17ad3a1674c3f11a3cde0327c7 ngak mendengar. “Ran…ranoo”, kali ini suaranya agak keras dan kayak orang gemetaran. “Iya tante Lia terdapat apa?”, tanyaku sembari 1ebc1a17ad3a1674c3f11a3cde0327c7 lemas. “Tolong Rano tante pinjam selimutnya, ngak memahami nih tante kedinginan..”, balasnya. aku bangun dan berjalan menghampirinya sambil menyerahkan selimut yg saya jadikan alas”, engkau tidur diatas aja rano disamping tante…” “Iya tante…”, jawabku, namun dadaku tambah deg-degan, maklum otakku mulai ditumbuhi hal-hal porno. “Sini selimutnya berduain izin engkau ngak kedinginan”, ucapnya, mirip kerbau dicucuk hidungnya aku nurut aja memepetkan badanku kedekat tante, maklum selimutnya kecil jadi buat berdua harus mepet. Tante Lia miring membelakangiku sedang saya masih terlentang, kudengar nafasnya teratur menggunakan halus mengindikasikan dia terlelap lagi, aku menghadap tanteku dan tidak sengaja kontolku menyentuh pantatnya, ada desiran aneh didarahku serta rasa hangat dikemaluanku,
aku sengaja menyentuhkan kemaluanku di pantatnya dan rasa hangat itu balik menjalar, semakin kudekatkan dan semakin menempel saya makin mencicipi kehangatan itu, saya berhati-hati sekali takut tante Lia terbangun aku menyingkapkan daster bagian belakang tante Lia keatas, oww… terlihat jelas butir pinggulnya yg kembar sangat mulus, maklum belum punya anak, dan diantara dua belah pantatnya aku liat terdapat sebuah gundukan berbulu dengan garis memanjang ditengahnya. Pikiranku makin tidak karuan dan kulihat penisku, nampak diujungnya mengeluarkan cairan bening yg lincin pribadi kuoleskan keseluruh ujung kepala penisku. Perlahan aku sentuhkan penisku ke gundukan berbulu milik tante Lia, “ohh…”, saya merintih perlahan merasakan sensasi sentuhan penisku di vagina tante Lia, kugerakkan sedikit pantatku buat menekan vagina tante Lia, namun aku tidak tahan menahan sesuatu yg hendak meledak keluar berasal pada penisku dan croot… croot… croooot… saya keluar… kupejamkan mataku untuk menikmatinya, Kulihat spermaku poly tumpah dibulu vagina serta paha bagiaan dalam tante lia, karena takut tante Lia terbangun maka aku segera tidur, dengan senyum penuh kepuasan. “Rano…bangun udah jam 8 pagi”, sayup kudengar ada orang membangunkanku, saya segera membuka mata serta melihat tante Lia telah terselesaikan mandi. Tante Lia memakai handuk yang dililitkan didadanya sambil tersenyum tante lia menghampiriku dan duduk disebelahku: “Rano tadi malam engkau mimpi ya..?” “Eng…”, belum sempat saya menjawab tante lia meneruskan bicaranya. “Berarti sekarang engkau sudah aqil balig, kamu harus mandi harus, tersebut pagi pada paha serta pantat tante poly kena tumpahin sperma kamu”, kata tante Lia. “Maaf tante… Rano ngak sengaja”, jawabku impulsif karena terkejut, “mangkat aku … Duh malunya…”, bathinku dalam hati. “Nah lihat ku… burung engkau bangun mulai tadi…”, istilah tante lia sembari matanya melihat kebawah peruntuku. Astagaaaaaa… Rupanya semalam aku lupa memasukkan burungku kedalam sangkarnya serta mulai pagi tersebut ditinjau sama tante Lia. “Maaf tante…”, kataku menggunakan malu-malu sembari menarik celanaku dan memasukkan batangku kedalam Cdku, tiba- tiba.
“Jangan dimasukkan dulu rano…! rano kan sudah dewasa sekarang… namun rano belum diketahui rano itu sempurna apa tak…”, istilah tante Lia. “tepat gimana tante..??”, tanyaku sambil menggeruntukan dahiku, buat yang ini aku memang ngak tahu, bukan pretensi pura-pura ngak memahami. “Kadang ada orang yang sukanya sesama jenisnya sendiri, trus ada yg impoten akhirnya ditinggal pulang sama istrinya, jadi tante pingin tahu Rano sempurna apa tidak, kamu keluarin lagi deh burungnya!”, perintah tante Lia, Akupun spontan mengeluarkan lagi penisku dari dalam celanaku yg kebetulan masih kaku. Kulihat Tante Lia menelan ludah sedikit melirik kepenisku, serta tante lia berkata “Rano diam aja ya nanti, Rano pejamkan mata aja jika takut sakit, ini Cuma tes aja koq…” “Baik tante.” saya memejamkan mata, serta saya rasakan tante lia naik keatas tubuhku tanpa melepas handik yg dipakainya, dan kurasakan penisku tertempel sang benda berbulu dan basah sehingga saya merasa sedikit geli dan terkejut . “Emm..”, aku berguman sambil terpejam. “Kenapa rano…sakit..??”, relatif berbisik bunyi tante lia menggunakan nafas sedikit bernafsu. “Enggak tante…ngak apa-apa.” terdapat sedikit gerakan yg dilakukan tante Lia sebagai akibatnya vaginanya menekan penisku kearah atas trus kebawah serta itu berlangsung beberapa waktu, saya merasakan geli yang luar biasa serta aku menggigit bibir bawahku supaya tak bersuara, saya membuka sedikit mataku ingin melihat wajah tante Lia, ternyata tante Lia memejamkan matanya pula sembari menggigit bibirnya jua, ukiran antara vagina tante Lia dan penisku makin licin sehingga berbunyi “tet… pret… pret… pret…” setiap tante Lia memaju mundurkan vaginanya diatas penisku. kemudian tante Lia berhenti beranjak, dan menggunakan nafas relatif tidak teratur bilang: “Rano… sekarang tes terakhir ya…” “iya tante… Rano siap”.
saya merasakan jari tante Lia memegang penisku bagian tengahnya, sesaat lalu saya merasakan ketua penisku menyeruak suatu lubang yg agak lebar sehingga gampang masuknya, saya merasakannya sembari memejamkan mata serta menikmatinya. ketika baru 1/3 masuk aku merasakan ujung penisku membentur semacam dinding yg berlobang mungil sekali, serta lobang itu kayaknya seperti cincin, kepala penisku terarah kesana serta kurasakan pemilih lobang itu yaitu tante Lia berusaha buat memasukkan kepala penisku kelobangnya namun agak kesulitan. Kurasakan tekanan tante Lia makin bertenaga terhadap penisku dan tampaknya kulit kepala penisku terkupas sang cincin itu cita rasanya nyilu nyilu enak sebagai akibatnya aku keluar bunyi. “aakh…” Tante Lia menghentikan gerakannya . “Gimana rano… Sakit..??” “Enggak tante ngak apa apa…” tiba-tiba kurasakan lobang cincin itu berkedut-kedut serta meremas perbatasan antara ketua penisku dan batangnya, tadi mungkin kepalanya sudah melewati cincin itu, dan tampaknya ketua penisku diempot oleh benda didalam vagina tante lia. “Akh… akh…”, tiba-datang tante lia bersuara. balik kurasakan jepitan cincin itu makin kuat serta penisku sepertinya tersiram air hangat didalam vagina tante Lia, akupun kehilangan kendali mencicipi jepitan itu dan tak dapat menahan sesuatu yg akan keluar dari dalam penisku serta aku terpekik akh… Crooot…croot..crot… kurang lebih 4 kali cairan itu menyemprot kedalam vagina tante Lia. Penisku masih tertanam didalam vagina tante Lia beberapa waktu kuliahat tante lia masih memejamkan matanya… “Udah tante tesnya…??”, tanyaku. “Emm udah… Rano, ternyata engkau 604dea25b3a655fe1ab94434fad99f27 yg normal”, jawabnya sambil mengangkat pantatnya melepaskan penisku divaginanya, trus tante lia berjalan ke kamar mandi. saya melihat kearah penisku, disana ternyata banyak berlepotan cairan berwarna putih, ada yang kental ada yg bening sebagian lagi terdapat pada bulu-buluku yg masih halus, aku berpikir pada hati. andai saja tes ini dilakukan setiap hari, mungkin aku tidak adak menolaknya…
Suatu hari aku dipanggil pimpinanku ke dalam ruangannya. aku menganggap-duga apa gerangan sebabnya aku dipanggil mendadak begini. “Duduk, Dik. Tunggu sebentar ya,” pungkasnya sembari meneruskan membaca surat-surat yang masuk hari ini. setelah terselesaikan membaca satu surat barulah dia menatapku. “Begini Dik Anto, besok hari libur nasional. Hari ini apa yang masih harus diselesaikan?” tanyanya. saya berpikir sejenak sambil mengingat apalagi tugas yg wajib kuselesaikan segera hari ini. “cita rasanya sih telah tidak terdapat lagi yang mendesak pak, ada beberapa proposal dan rencana kerja yg harus aku buat, tapi masih mampu ditunda hingga minggu depan. ada apa Pak?” tanyaku. “Anu, terdapat tamu berasal Kalimantan, namanya Pak Jainudin, panggil aja Pak Jay. Sebenarnya bukan buat urusan kantor kita sih. Hanya kebetulan saja pas beliau ada di sini, jadinya sekalian aja. beliau menginap di Bekasi. tersebut dia telpon pungkasnya minta tolong agar diantarkan surat yg kemarin Dik Anto untuk konsepnya buat dipelajari, jelaskan aja detailnya.
Nanti Dik Anto antar saja ke sana dan bayar bill hotel beliau. Layani hingga terselesaikan urusannya, bila perlu nanti nggak usah balik ke tempat kerja. Besok dia balik . jikalau mobil kantor pas kosong, pakai taksi aja soalnya ini krusial. Uangnya ambil pada kasir!” pungkasnya sambil menyampaikan memo kepadaku buat ambil uang pada kasir. Bergegas saya ke kasir sambil cek di resepsionis terdapat mobil kantor lagi kosong atau tidak. Ternyata semua mobil lagi digunakan. Jadi saya naik taksi ke Bekasi. sesudah hingga pada hotel yang dituju, saya segera menemui Pak Jay, dan menyerahkan berkas yg dimaksud. sesudah beliau bertanya ihwal lebih jelasnya dari berkas tersebut, dia katakan bahwa beliau sudah mengerti dengan isinya dan setuju. Hanya ada pemugaran redaksional saja. “OK Dik, nanti saya kabari. Begini saja, konsep ini saya bawa dulu. Perbaikannya nanti menyusul saja. Hanya redaksional kok. Isinya saya telah paham serta prinsipnya putusan bulat,” ucapnya. “Oh ya pak, pimpinan saya sampaikan bahwa bill hotel bapak biar kami yang selesaikan,” kataku. “Aduh, jadi bikin capek. Sampaikan terima kasih serta salam buat pimpinanmu, Pak Is” katanya sambil menyalamiku. “Baik Pak nanti aku sampaikan, selamat jalan”. saya lalu membereskan bill di front office. tiba-datang saja petugas hotel memanggilku. “Maaf Pak Anto ya? Ini Pak Jay mau bicara,” ucapnya sembari menyerahkan gagang telepon. Kuterima gagang telepon serta asal seberang Pak Jay berkata”Dik, aku lupa kasih memahami. Kebetulan semua urusan aku terselesaikan hari ini jadi saya mampu balik siang nanti. Dik Anto tunggu sementara waktu di bawah ya!” saya menunggu Pak Jay turun ke lobby. sebentar kemudian beliau sudah datang serta minta dipanggilkan taksi. Kupanggilkan taksi, dia naik dan ucapnya. “Terima kasih poly lho bantuannya”. saya menggangguk dan tersenyum saja. selesainya taksinya pergi, aku berpikir jika beliau jadi balik , ad interim bill sudah dibayar penuh hingga besok, sayang cita rasanya. biar aja kuisi kamarnya hingga besok, toh besok jua libur.
saya lapor ke resepsionis. “Mbak, Pak Jay sudah check out, aku gunakan kamarnya hingga besok. akan tetapi tolong beresin dulu kamarnya, aku mau jalan dulu sementara waktu. Boleh kan?” kataku. “Boleh pak, silakan saja,” pungkasnya sembari tersenyum. Akhirnya saya keliling-keliling pada Kota Bekasi. Nggak ada yang aneh sih. cuma telah lama saja tidak ke Bekasi. selesainya beberapa lama , capek jua cita rasanya badanku. saya akhirnya masuk ke sebuah panti pijat tradisional. Siapa tahu dapat massage girl yang oke, sehabis dipijat nanti gantian kita yang memijatnya. mirip biasa begitu masuk di ruang depan aku disodori foto-foto close up yg cantiknya mengalahkan seniman. Mbak yang jaga mengomentari sembari sekalian promosi. Si A pijatannya cantik serta orangnya supel, Si B relatif cerewet tapi indah, Si C hitam anggun serta ramah serta lain-lainnya. saya sih tidak tertarik dengan promosinya. Pilihanku umumnya berdasarkan feeling saja. di saat lihat-lihat foto, ada wanita yang masuk. Kulihat sekilas, bila dia massage girl pada sini saya pilih beliau saja. Kutanya pada yang jaga, ” Mbak, yang tadi barusan lewat kerja di sini pula?” “Ya Mas, beliau baru minta ijin keluar sementara waktu tadi. pungkasnya ada sedikit keperluan,” jawabnya. “Boleh pijat sama dia Mbak?” tanyaku lagi. “Boleh saja, akan tetapi tarif untuknya relatif tinggi sedikit,” pungkasnya sambil tersenyum lalu mengungkapkan rupiah yg wajib kusediakan. Kuiyakan dan disuruhnya saya masuk ke kamar VIP, ada AC-nya meskipun berisik dan tidak terlalu dingin. sembari menunggu pada dalam kamar, kuamat-amati sekelilingku. Sebuah kamar ukuran tiga X 2 meter menggunakan sebuah spring bed buat satu orang dan sebuah meja mungil yang pada atasnya terdapat cream pijat dan handuk. Pintunya ditutup dengan korden kain sampai ke lantai. Kulepaskan pakaianku tinggal celana dalam saja. Iseng-iseng kubuka laci meja kecil pada sampingku.
terdapat kotak “25” yg telah kosong. tidak usang kemudian gadis pemijat yg kupesan telah timbul. Kuamati lagi dengan lebih teliti. tidak mengecewakan. Kulitnya putih, tinggi (buat berukuran seorang wanita) dengan perawakan seimbang. dia mengenakan celana panjang hitam serta kaus putih. BH-nya yg berwarna hitam nampak kentara membayang pada badannya. “Selamat siang,” sapanya sambil menutup korden serta mengikatkan pinggirnya pada kaitan pada kusen pintu. “Siang,” jawabku singkat. “Silakan berbaring tengkurap Mas, mau diurut atau dipijat saja”. “Punggungku dipijat saja, kaki serta tangan boleh diurut”. saya berbaring di atas spring bed. dia mulai memijat jari serta telapak kakiku. “Namanya siapa Mbak?” tanyaku. “Apa perlunya Mas tanya-tanya nama segala. Mas kerja di Sensus ya?” Jawabnya sembari tersenyum. Meskipun jawabannya begitu akan tetapi berasal nada suaranya beliau tidak marah. Akhirnya sembari memijat saya memahami namanya, Wati, dari dari Palembang. Pijatannya sebenarnya tidak terlalu keras. tampaknya dia pernah belajar perihal anatomi tubuh manusia sebagai akibatnya di titik-titik tertentu terasa agak sakit Bila dipijat. “Aduh.. Pelan sedikit dong!” teriakku saat dia memijat bagian betisku. “Kenapa Mas, Sakit? jika dipijat sakit berarti ada bagian yg memang tidak beres. Coba bagian lain, meskipun pijatannya lebih keras tapi kan nggak sakit”. Kupikir benar pula pendapatnya. saya sedikit pernah baca perihal pijat refleksi yang membuka simpul syaraf serta melancarkan aliran darah sebagai akibatnya metabolisme tubuh pulang normal. dia memijat pahaku. “Hmmhh.. ada urat yg sedikit ketarik Mas. absolut beberapa hari ini adik kecilnya tidak bisa bangun secara aporisma,” pungkasnya.
Memang beberapa hari ini, entah karena kelelahan bekerja atau sebab lain sehingga pada pagi hari ketika bangun tidur saudara termuda kecilku kondisinya kurang tegang. aku tidak terlalu memperhatikan karena pikiran memang lagi fokus buat merampungkan pekerjaan minggu ini. Tangannya beberapa kali mulai menyenggol kejantananku yg terbungkus celana pada. tapi herannya aku sama sekali nggak terangsang. Kucoba buat menaikkan pantatku dengan harapan tangannya bisa lebih ke depan lagi, tapi ditekannya lagi pantatku. “Sudahlah, Mas membisu saja nanti nggak jadi pijat,” pungkasnya. Kali ini tangannya benar-benar meremas adik kecilku. akan tetapi sekali lagi saya heran, sebab nggak mampu terangsang. Tangannya sekarang memijat pinggangku. bunda jarinya menekan pantatku bagian samping serta jari lainnya memijat-mijat kurang lebih kandung kemih. “Penuh.. Beberapa hari sempurna tidak dikeluarkan ya Mas? Maklum adiknya jua lagi nggak fit,” komentarnya agak ngeres. Lagi-lagi tebakannya benar. saya tidak memahami beliau berasal tebak atau memang ada ilmunya buat hal-hal mirip itu. “Hhh..” kataku waktu ia mulai menekan punggungku, kemudian terus hingga tengkuk. saya mulai merasa rileks serta mengantuk. lezat pula pijatannya. sekarang kakiku diurutnya menggunakan cream pijat. hingga di dekat pahaku dia mengatakan”Tahan sedikit Mas, relatif sakit memang”. Tangannya menggunakan bertenaga mengurut paha bagian dalamku. Terasa sakit sekali. “Uffpp.. Haahh,” kataku sembari menahan sakit. Kepalaku kubenamkan ke bantal. sehabis ke 2 belah pahaku diurut terasa ada disparitas. Kejantananku mulai bereaksi waktu tangannya menyusup ke bawah pahaku. Pelan tapi absolut kejantananku mulai mengembang sebagai akibatnya terasa mengganjal.
saya agak menaikkan pantatku buat mencari posisi yang lezat. Kali ini dibiarkannya pantatku naik serta tanganku meluruskan senjataku pada arah jam 12. “balik badannya, dadanya mau dipijat nggak?” Kubalikkan badanku. Kulihat keringat mulai menitik di lehernya. laba ada AC, meskipun tidak indah, sedikit menolong. Wati mengusap-usap dadaku. “Badanmu mengagumkan Mas, dadanya diurut ya?” “Nggak usah, tanganku aja deh diurut,” kataku. ia duduk di sampingku menggunakan kaki menggantung di samping ranjang. saat ia meluruskan serta mengurut tanganku kupegang dadanya. tidak mengecewakan besar , tapi agak kendor. “Tangannya..” katanya mengingatkanku. tak berapa usang ia sudah selesai memijat dan mengurut badanku. aku meregangkan badan. Terasa lebih segar. “sebentar saya ambil air dulu Mas,” dia keluar kamar dan balik menggunakan membawa air hangat dan handuk mungil. Dicelupkannya handuk kecil ke dalam air hangat dan dilapnya seluruh tubuhku hingga bekas cream pijat hilang. kemudian dilapnya badanku sekali lagi menggunakan handuk yang terdapat di atas meja mungil. aku pulang terangsang waktu beliau melap dadaku. Kuperhatikan dia dan kupegang tangannya pada atas dadaku. beliau memutar-mutarkan tangannya yang dibalut handuk. “Kenapa Mas,” bisiknya. “Ingin dikeluarin supaya nggak penuh dan meluap terbuang,” kataku. ia menggerakkan tangan, kode buat mengocok penisku. “Nggak boleh emangnya disini ya? Ini apa?” tanyaku sambil membuka laci meja serta menunjukkan kotak “25” yang kosong tadi. “Mas ini tangannya usil deh. Bukan begitu Mas, bos lagi terdapat di sini. dia kesini seminggu 2 kali. beliau melarang kami buat begituan dengan tamu, katanya belakangan ini acapkali terdapat razia,” jawabnya. Kami membisu beberapa saat, tensiku telah mulai turun. “Begini saja Mas, kebetulan saya jua lagi ingin serta Mas sebenarnya sinkron menggunakan seleraku dan rasanya mampu memuaskanku. Sekali-sekali ingin pula menikmati kesenangan. Nanti malam saja kita ketemu selesainya jam 10 malam, sini sudah tutup”. Kutanya berapa tarifnya buat semalam. .
“Jangan keliru kira Mas, tidak semua wanita pemijat hanya ingin uang saja. sudah kubilang bila kita nanti bisa take and give. Just for fun”. Busyet.. Entah sahih entah tidak bahasa yang diucapkannya aku tidak peduli. Malam ini saya dapat pemuas keinginanku yg tertahan selama beberapa hari. Kukatakan nanti setelah terselesaikan kerja kutunggu pada hotel tempatku menginap. aku kembali ke hotel dan mandi. Sekilas terdapat keinginanku buat berswalayan-ria. tapi kutahan, takut nanti malam jadi kurang greng. setelah mandi saya pulang jalan di sekitar hotel. Jalan mulai macet, sebab jam pulang kantor telah lewat. Cuaca agak mendung dan tidak usang turun gerimis. Kupercepat langkahku, akan tetapi gerimis sudah mulai lebat. laba terdapat sebuah warung tenda. Sekilas kubaca tersedia STMJ. Boleh jua nih, hitung-hitung persiapan nanti malam. Kupesan satu gelas. Kuseruput perlahan. Rasa hangat menjalari tubuhku. Jahenya terlalu pedas, kulirik penjualnya. “di sini STMJ-nya asli Mas, alami. Bukan buatan pabrik jamu, melainkan saya buat sendiri. Jahenya memang sengaja relatif poly biar badan jadi sehat serta tidak simpel masuk angin,” pungkasnya seolah membaca pikiranku. Kutunggu minumanku agak dingin. Ternyata ramai juga warung ini. Mungkin pula dampak ramuan Bapak penjualnya yang membuatnya dengan bahan alami. balik ke hotel meskipun dengan pakaian sedikit basah, namun kesegaran pijatan serta STMJ membuatku tak takut masuk angin. aku tak bawa sandang ganti karena niatnya tak menginap, hanya melayani tamu kantor. Kulepas bajuku serta menggunakan tetap memakai celana panjang kubaringkan tubuhku ke ranjang yang empuk. enak pula jadi orang kaya.
Menginap di tempat yang empuk dan berAC. tetapi kupikir lagi, ternyata hayati ini enak kalau dijalani menggunakan senang hati. Orang kaya yang punya jabatan tentu tingkat stressnya lebih tinggi dan belum tentu mereka bisa menikmati seluruh yang terdapat padanya. Mungkin cocok pula saya jadi filsuf, pikirku begitu sadar dari lamunanku. Kulihat jam dinding membagikan pukul delapan kurang sepuluh menit. Masih terdapat saat tiduran 2 jam setelah seharian pikiranku agak capek. Badan sih tak apa-apa, hanya pikiran yg perlu istirahat. setengah tertidur aku mendengar ketukan di pintu. “Tok.. Tok.. Tok.. “Mas Anto, ini Wati,” terdengar bunyi dari luar. Upss, saya melompat berasal ranjang serta membuka pintu. selesainya kubuka pintu saya tertegun sejenak. Wati tetap menggunakan kaus yg tadi siang dipakainya dibungkus menggunakan sweater dan celananya sudah ganti menggunakan jeans. Sepatu menggunakan hak tinggi membuat dia tampak lebih tinggi dan langsing. Kacamata bening nangkring di hidungnya yang sedang. Wajahnya dihiasi dengan make up tipis. kalau dicermati sekilas mirip Yurike Prastica. Wati masuk dan melepaskan sweaternya. aku menutup pintu, menguncinya dan duduk pada atas ranjang, lalu ia duduk di sampingku. ketika itu saya masih termangu, akan tetapi penisku bereaksi lebih cepat dan langsung saja tegak dengan kerasnya. Wati melihat kebawah, beliau sengaja melihat serta meraba, mengusap serta memainkan penisku. aku mulai bergairah namun hanya diam menunggu aksinya. Kurebahkan tubuhku ke kawasan tidur, ia terus memainkan penisku.
Dilepasnya kacamata serta diletakkan pada meja samping ranjang. beliau berdiri dan melepaskan celana panjangnya. Pahanya yang mulus terpampang pada depanku. Kudorong dia dan kupepetkan ke dinding sembari berciuman lembut. beliau mengerang kecil” Ngghngngh..”. Tangannya membuka celana panjangku dan menariknya ke bawah. Tangannya meremas penisku dan mengeluarkannya dari celana dalamku. dia berkecimpung sebagai akibatnya aku yang dipepetnya di dinding. dalam posisi setengah jongkok dia mulai mengulum penisku. Penisku semakin usang semakin tegang. ia mengkombinasikan permainannya dengan mengocok, menjilat, mengisap serta mengulum penisku. Kupegang erat kepalanya dan kugerakkan maju mundur sehingga mulutnya berkiprah mengulum penisku. Tangannya meremas pantatku dan menarik celana dalamku yang menghambat gerakannya. Kurasakan mulutnya menyedot dengan bertenaga hingga penisku terasa ngilu. Kuangkat tubuhnya serta kulucuti celana dalamnya. Kaus tipisnya masih kubiarkan permanen di badannya. Sebuah estetika tersendiri melihatnya pada kondisi polos di bagian bawah dan kausnya masih menempel. Belahan payudaranya yg besar membayang pada kembali kaus tipisnya. sekarang aku yang jongkok di depannya serta mulai menjilati dan memainkan clit-nya. Vaginanya punya bibir luar yg relatif melebar. Warnanya kemerahan. dia terguncang-guncang saat clitnya kujilat dan kujepit menggunakan ke 2 bibirku. Beberapa saat kami dalam posisi begitu. Tangan kirinya memegang kepalaku serta menekankan ke selangkangannya. Tangan kanannya meremas payudaranya sendiri.
aku bangkit berdiri serta bermaksud melepas BH-nya. Kucari-cari di punggungnya tetapi tidak kutemukan pengaitnya. “di depan.. Buka berasal depan,” Wati berbisik. Rupanya model BH-nya dengan kancing di depan. Kuremas kedua dadanya menggunakan lembut. Tanganku telah menemukan kancing BH-nya. tidak usang dadanya telah terbuka. Putingnya yg coklat membayang pada pulang kausnya. Kugigit berasal luar kausnya serta Wati mengerang. Penisku di bawah yang sudah berdiri melewati garis horizontal mulai mencari sasarannya. Tangannya mengocok penisku lagi dan menggesekkannya di vaginanya. Kucoba memasukkannya kini , tetapi meleset terus. Kuangkat sebelah kakinya dan kucoba lagi. tidak tembus jua. Mulutku masih bermain dengan puting di pada kausnya. Wati kelihatannya tidak tabah lagi serta menggunakan sekali gerakan kausnya telah terlempar di sudut kamar. Tanganku mengusap gundukan payudaranya serta meremas menggunakan keras namun hati-hati. beliau menggelinjang. Mulutku menyusuri bahunya serta melepas tali BH-nya sehingga sekarang kami dalam keadaan polos. sebab telah gagal berkali-kali mencoba buat memasukkan penis pada posisi berdiri, kudorong dia ke arah ranjang dan akhirnya kudorong beliau rebah ke ranjang. saat itu saya mulai kepanasan karena gairah yg muncul. kemudian aku menerkam dan memeluk Wati. Perlahan-huma dia mulai mengikuti permainanku. Kutindih tubuhnya dan kuremas pantatnya yg masih padat. “Anto.. Kumohon please ayo.. Masukk.. Kan!” Tangannya meraih kejantananku dan mengarahkan ke guanya yg sudah basah.
saya menurut saja serta tanpa kesulitan segera kutancapkan penisku dalam-pada ke dalam liang vaginanya. Kami saling beranjak buat mengimbangi permainan satu menggunakan lainnya. aku yang lebih banyak memegang peranan. dia lebih banyak pasrah dan hanya mengimbangi saja. Gerakan demi gerakan, teriakan demi teriakan dan akhirnya kamipun menggelosor lemas pada puncak kepuasan yg tak terkira. setelah sejenak kami beristirahat, kami saling melihat keindahan tubuh satu sama lain gairahku mulai bangkit lagi. saya memeluknya pulang dan mulai menjilati vaginanya. serta lalu memasukkan penisku yg telah kembali menegang. saya menusuk vaginanya, crek.. crek.. crek.. crek.. crokk .. Berulang kali. ia pun mendesah sembari menarik rambutku. Kami saling bergoyang, hingga tempat tidur pun terasa mau runtuh serta berderit-derit. sehabis hampir setengah jam dari permainan kami yg ke 2 kali, Wati mengejang serta vaginanya terasa lebih lembab serta hangat. Sejenak kuhentikan genjotanku. kini saya pulang menggenjot vagina Wati lagi. Kami berdua bergulingan sambil saling berpelukan pada keadaan merapat. Kuputar badannya sebagai akibatnya dia dalam posisi pegang kendali di atas. kini beliau yg lebih banyak memainkan peranan. Akhirnya aku hampir mencapai zenit berasal kenikmatan ini.
Kutarik buah zakarku sehingga penisku seolah-olah memanjang. “Wati, kayaknya aku nggak tahan lagi, saya mau keluar”. Akhirnya tidak usang kemudian kami mencapai titik puncak. saya keluar duluan dan tidak lama Watipun mendapatkan puncaknya menggunakan menikmati kedutan pada penisku. selesainya itu kami terbaring lemas, dengan Wati memelukku dengan payudaranya menekan perutku. “Wati terimakasih buat saat-ketika ini” “Nggak usah To.. Wati yang terimakasih karena, Wati nggak menyangka kamu benar-benar hebat. Wati nggak nyangka kamu punya tenaga yg besar . Wati tadi hanya berharap menikmati permainan dengan cepat karena tadi siang pijatanku telah kuarahkan supaya kita bermain menggunakan cepat”. Kami tertidur berpelukan serta sehabis pagi harinya kami bercinta untuk ketiga kalinya, dan kuakhiri menggunakan tusukan yg anggun, kami saling membersihkan badan dan balik . Kuantar dia sampai di depan gang rumahnya. saat beberapa hari kemudian kucari dia pada kawasan kerjanya, tidak kudapati lagi dirinya. kata Mbak yang jaga pada depan dia pulang kampung dan tidak balik lagi. Ditawarkan temannya yg lain buat memijatku, namun aku tidak berminat serta pribadi pulang kanan, back to Batavia. Demikianlah cerita ngentot terbaru
Baca carita Lainnya di CASINO69
Leave a Reply